Minggu, 20 Maret 2011

Nifaq Menghapus Tauhid


Nifaq Menghapus Tauhid


Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala ,serta  Shalawat dan Salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam,keluarga, serta Para Sahabat radhiyallahu 'anhum dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya hingga hari kiamat,
Amma ba’ad
Memang bukan perkara yang layak untuk diremehkan. Karna Tauhid adalah kunci Syurga, syarat diterimanya amalan, syarat untuk terbebas dari siksa neraka, dan syarat untuk meraih ketentraman dan hidayah dari Allah ta’ala. Maka barang siapa yang meremehkannya , mengesampingkan dakwah kepadanya, atau berupaya menjauhkan citra para Ulama yang berjuang keras menyebarkannya, sesungguhnya dia telah melecehkan islam dan menginjak – injak kehormatan para pejuang dakwah tauhid penegak keadilan
Termasuk nikmat agung yang banyak manusia lalai darinya adalah nikmat hidayah kepada keimanan dan keislaman. Sungguh, orang yang telah mendapatkan nikmat hidayah kepada keimanan telah memperoleh keberuntungan yang besar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.” (al-Mu’minun:1).
Dan sebaliknya, orang yang memilih kekufuran dari keimanan mereka itulah orang yang merugi. Allah telah mengabarkan tentang orang-orang yang mengkufuri al-Kitab yang turun dari Allah ta’ala yang berisi hidayah kepada keimanan: “Dan barangsiapa yang kufur kepadanya, Maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (al-Baqarah:121)
Wahai saudaraku, demikianlah keadaan manusia dari sisi keimanan dan kekafiran. Masih ada kelompok lain yang menampakkan keimanan di hadapan manusia, beramal dengan amalan keimanan, akan tetapi di dalam hatinya menyembunyikan kekafiran. Mereka adalah orang-orang munafik (nifaq)
Sungguh, pada hakekatnya mereka bukanlah orang yang beriman. Mereka adalah orang yang kafir, bahkan siksaan bagi mereka lebih berat daripada siksaan orang kafir.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.” (an-Nisa`:145)
“Allah mengancam orang-orang munafik yang laki-laki dan perempuan serta orang-orang kafir dengan neraka jahanam. Mereka kekal di dalamnya.” (At-Taubah: 68)

Apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah kalian melakukan kerusakan di muka bumi.” Maka mereka berkata, “Kami hanyalah orang-orang yang melakukan perbaikan.” Ketahuilah, mereka adalah umat yang melakukan kerusakan namun mereka tidak mengetahuinya. (Al-Baqarah: 11-12)

Di dalam ayat-ayat lainnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam orang-orang munafikin dengan ancaman yang keras. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Tidakkah mereka (orang-orang munafik) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya maka bagi dia neraka jahanam. Dia kekal di dalamnya dan itu adalah kehinaan yang besar.” (At-Taubah: 63)

Diantara perkataan Abu Darda rodhiyallohu ‘anhu, suatu ketika beliau berkata kepada para sahabatnya, “Berlindunglah kalian kepada Alloh dari kekhusyu’an nifaq.” Mereka bertanya, Wahai Abu Darda, apa yang dimaksud kekhusyu’an nifaq? Beliau menjawab, “Jasad terlihat khusyu’ namun hatinya tidak khusyu’.”Dan telah shohih dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, “Yang dicabut pertama kali dari umat ini adalah kekhusyu’an.” (Riwayat Ath-Thobroni, dishohihkan Al-Albani dalam Shohih Al-Jami'ush Shoghir nomor: 2569)

Perlu difahami apa arti dari Nifaq ( kemnunafiqkan )
Nifaq menurut syara’ yaitu menampakkan Islam dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dinamakan demikian karena dia masuk pada syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain. Karena itu Allah memperingatkan dengan firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang munafiq itu mereka adalah orang-orang yang fasiq.” (QS. At-Taubah: 67)
Yaitu mereka adalah orang-orang yang keluar dari syari’at.
Allah menjadikan orang-orang munafiq lebih jelak dari orang-orang kafir. Allah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang munafiq itu (ditempatkan) pada tngkatan yang paling bawah dari Neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An-Nisaa’: 145)
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
Sesungguhnya orang-orang Munafiq itu menipu Allah dan Allah akan membalah tipuan mereka…” (QS. An-Nisaa’: 142) (Lihat juga al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 9-10)

JENIS-JENIS NIFAQ
Nifaq ada dua jenis: Nifaq I’tiqadi dan Nifaq ‘Amali.
   Nifaq I’tiqadi (Keyakinan)
Yaitu nifaq besar, dimana pelakunya menampakkan kislaman, tetapi menyembunyikan kekufuran. Jinis nifaq ini menjadikan keluar dari agama dan pelakunya berada di dalam kerak Neraka. Allah menyifati para pelaku nifaq ini dengan berbagai kejahatan, seperti kekufuran, ketiadaan iman, mengolok-olok agama dan pemeluknya serta kecenderungan kepada musuh-musuh untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam. Orang-orang munaifq jenis ini senantiasa ada pada setiap zaman. Lebih-lebih ketika tampak kekuatan Islam dan mereka tidak mampu membendungnya secara lahiriyah. Dalam keadaan seperti itu, mereka masuk ke dalam agama Islam untuk melakukan tipu daya terhadap agama dan pemeluknya secara sembunyi-sembunyi, juga agar mereka bisa hidup bersama umat Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan harta benda mereka. Karena itu, seorang munafiq menampakkan keimanannya kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, dan Hari Akhir, tetapi dalam batinnya mereka berlepas diri dari semua itu dan mendustakannya. Nifaq jenis ini ada empat macam.
Pertama, mendustakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atau mendustakan sebagian dari apa yang beliau bawa.
Kedua, membenci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atau membenci sebagian apa yang beliau bawa.
Ketiga, merasa gembira dengan kemunduran agama Islam.
Keempat, tidak senang dengan kemenangan Islam.


Nifaq ‘Amali
Yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafiq, tetapi masih tetap ada iman di dalam hatinya. Nifaq jenis ini tidak mengeluarkan dari agama, tetapi merupakan wasilah (perantara) kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam iman dan nifaq. Lalu, jika perbuatan nifaqnya banyak, maka akan bisa menjadi sebab terjerumusnya dia kedalam nifaq sesungguhnya, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
Ada empat hal yang jika berada pada diri seseorang, maka ia menjadi seorang munafiq sesungguhnya, dan jika seseorang memiliki kebiasaan salah satu daripadanya, maka berarti ia memliki satu kebiasaan (ciri) nifaq sampai ia meninggalkannya, bila dipercaya ia berkhianat, bila berbicara ia berdosa, bila berjanji ia memungkiri dan bila bertengkar ia melewati batas.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Al-Bukhari (34, 2459, 3178), Muslim (58), Ibnu Hibban (254-255), Abu Dawud (4688), At-Tirmidzi (2632), An-Nasa-I (VIII/116) dan Ahmad (II/189), dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Amr radhiallahu ‘anhu.
Terkadang pada diri seorang hamba berkumpul kebiasaan-kebiasaan baik dan kebiasaan-kebiasaan buruk, kebiasaan-kebiasaan iman dan kebiasaan-kebiasaan kufur dan nifaq. Karena itu, ia mendapatkan pahala dan siksa sesuai konsekuensi dari apa yang mereka lakukan, seperti malas dalam melakukan shalat berjama’ah di masjid. Ini adalah di antara sifat orang-orang munafiq. Sifat nifaq adalah sesuatu yang buruk dan sangat berbahaya, karena itulah sehingga para Shahabat begitu sangat takutnya kalau-kalau dirinya terjerumus ke dalam nifaq. Ibnu Abi Mulaikah berkata: “Aku bertemu dengan 30 Shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka semua takut kalau-kalau ada nifaq dalam dirinya.” (dikutip dari penjelasan Ustadz Yazid bin Abdil Qadir Jawas)

Wahai saudarku, termasuk prinsip Ahlus Sunnah adalah keimanan seseorang itu bisa bertambah atau berkurang. Iman akan bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat. Maka, seseorang yang terdapat pada dirinya sebagian dari ciri-ciri orang munafik tentu keimanannya lebih rendah daripada orang yang tidak memiliki ciri-ciri kemunafikan tersebut. Semakin banyak seseorang berselimut dengan ciri-ciri kemunafikan ini, semakin berkurang pula kadar keimanan yang ada pada orang tersebut. Sungguh, nifaq ‘amali ini meskipun belum sampai mengeluarkan pelakunya dari daerah Islam, akan tetapi ini merupakan pintu dari pintu kekafiran. Dan barangsiapa yang telah terkumpul seluruh sifat-sifat ini, maka ia telah mengumpulkan segenap kejelekan, karena sifat jujur, amanah, menepati janji merupakan sifat bagi orang yang beriman. Dan barangsiapa kehilangan salah satu dari sifat-sifat ini, maka ia telah menghancurkan satu kewajiban dari kewajiban keislaman, maka bagaimana seseorang yang telah kehilangan seluruh sifat-sifat ini.

Wahai saudaraku, inilah penjelasan singkat tentang sifat kemunafikan, baik yang ‘Amali dan NIfaq ‘Itiqadi, maka dari itu patutnya kita saling mengingatkan, bahwasanya jalan jalan syetan amat banyak untuk menjerumuskan kaum Muslimin, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar kita bersikap keras dan menjauhi orang-orang munafik serta menjadikannya sebagai musuh. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Wahai Nabi, jihadilah orang-orang kafir dan munafikin serta bersikap keraslah kepada mereka.” (At-Tahrim: 9). Dalam ayat yang lain:

Mereka (orang-orang munafik) adalah musuh maka hati-hatilah dari mereka…” (Al-Munafiqun: 4 Maka, sepatutnya seorang muslim menjauhkan diri dari amalan dan sifat-sifat musuh mereka, serta menjauhkan diri dari semua perkara yang akan menjatuhkan dirinya ke dalam kemunafikan

Wallahua’lam bish showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar